About

Club Cooee

Pages - Menu

Selasa, 11 Juni 2013

Tradisi Pemberian Nama Orang Bali


Nama orang Bali umumnya diawali dengan sebutan yang mencirikan kasta (wangsa) dan urutan kelahiran. Menurut “sastra kanda pat sari“, Nama-nama depan khas Bali itu sejatinya tidak lebih sebagai semacam penanda urutan kelahiran sang anak, dari pertama hingga keempat, adalah sebagai berikut:
1. Anak pertama biasanya diberi awalan “Wayan” diambil dari kata wayahan yang artinya tertua/lebih tua, yang paling matang. Selain Wayan, nama depan untuk anak pertama juga kerapkali digunakan Putu atau Gede. Dua nama ini biasanya digunakan oleh orang Bali di belahan utara dan barat, sedangkan di Bali Timur dan Selatan cenderung memilih nama Wayan. kata “Putu” artinya cucu. Sedangkan “Gede” artinya besar /lebih besar. Dan untuk anak perempuan kadang diberi tambahan kata “Luh” Contoh : I wayan budi mahendra, Ni Putu Erni Andiani, I Gede Suardika, Ni Luh Putu Santhi dll
2. Anak kedua biasanya diberi awalan “Made” diambil dari kata madya (tengah). Di beberapa daerah di Bali, anak kedua juga kerap diberi nama depan “Nengah” yang juga diambil dari kata tengah. Ada juga yang menggunakan kata “Kadek” merupakan serapan dari “adi” yang kemudian menjadi “adek” yang bermakna utama, atau adik. Contoh: I Kadek Mardika, Ni Made Suasti, Nengah Sukarmi dll
3. Anak ketiga biasanya diberikan nama depan “Nyoman” atau “Komang” yang konon diambil dari kata nyeman (lebih tawar) yang mengambil perbandingan kepada lapisan kulit pohon pisang, dimana ada bagian yang selapis sebelum kulit terluar yang rasanya cukup tawar. Nyoman ini konon berasal dari serapan “anom+an” yang bermakna muda. Kemudian dalam perkembangan menjadi komang yang secara etimologis berasal dari kata uman yang bermakna “sisa” atau “akhir”. Jadi menurut pandangan hidup kami, sebaiknya sebuah keluarga memiliki tiga anak saja. Setalah beranak tiga, kita disarankan untuk lebih “bijaksana”.
4. Anak keempat biasanya diawali dengan sebutan “Ketut”, yang merupakan serapan “ke + tuut” – ngetut yang bermakna mengikuti mengikuti atau mengekor. Ada juga yang mengkaitkan dengan kata kuno Kitut yang berarti sebuah pisang kecil di ujung terluar dari sesisir pisang. Ia adalah anak bonus yang tersayang.
Bila keluarga berancana gagal dan sebuah keluarga memiliki lebih dari empat anak, Ada 2 alternatif yang bisa dipakai orang tua untuk memberi nama depan pada anak kelima, keenam, dan seterusnya. Nama depan untuk anak kelima dan seterusnya mengulang kembali nama-nama depan sebelumnya sesuai urutannya. Ada orang tua yang sengaja menambahkan kata “Balik” setelah nama depan anaknya untuk memberi tanda bahwa anak tersebut lahir setelah anak yang keempat. Contohnya: I Wayan Balik Suandra.
Untuk membedakan jenis kelamin, orang bali mengawali setiap nama dengan menambah satu kata lagi, yaitu Awalan “I” untuk anak lelaki Awalan “Ni” untuk anak perempuan. Tapi tidak semua kasta (wangsa) orang Bali menggunakan kata I atau Ni. Misalnya dari golongan Anak Agung semuanya akan diawali dengan kata “Anak Agung”, “cokorda” dll.
Selain menunjukkan urutan kelahiran, ada nama depan tertentu yang menunjukkan kasta di bali. Penamaan berdasarkan Kasta ini merupakan gelar warisan turun temurun yang melekat pada keturunan orang Bali yang dulunya memiliki kelas tersendiri berdasarkan profesinya.
Ada 6 urutan nama yang menunjukkan kasta seseorang. Berikut ini adalah urutannya.
  1. Kasta tertinggi (brahmana), untuk keturunan pendeta biasanya namanya diawali dengan Ida Bagus (laki-laki) atau Ida Ayu (perempuan), Ida Ayu bisa disingkat jadi Dayu. Contohnya: Ida Bagus Dharmaputra, Ida Ayu Diah Tantri.
  2. Kasta kedua, ksatria tapi untuk keturunan raja-raja. Biasanya namanya diawali dengan Cokorda. Contohnya: Cokorda Rai Sudarta, I Dewa Putu Kardana, I Gusti Ngurah Adiana, dll.
  3. Kasta ketiga, ksatria juga tapi untuk keturunan anak-anak raja yang tidak menjadi raja (bukan putra mahkota). Biasanya namanya diawali dengan Anak Agung atau biasanya disingkat jadi A.A. Contohnya: Anak Agung Komang Panji Tisna, Anak Agung Ayu Wulandari.
  4. Kasta keempat, masih ksatria, tapi untuk keturunan pendekar-pendekar. Biasanya namanya diawali dengan Dewa (laki-laki) atau Desak (perempuan).
  5. Kasta kelima atau vaisya, yaitu untuk orang-orang terpandang, misalnya pengusaha, pemilik sawah dan lain-lain, tapi tidak termasuk dalam lingkungan puri/kerajaan. Kasta ini sebenarnya hanya sedikit di atas kasta sudra. Malah untuk era saat ini kebanyakan orang sudah menganggap orang berkasta kelima ini sama saja dengan orang yang tidak memiliki kasta (kasta sudra). Kasta ini biasanya namanya diawali dengan I Gusti (laki-laki) atau I Gusti Ayu (perempuan).
  6. Kasta keenam atau yang terakhir yaitu kasta sudra. Orang Bali biasa menyebut dengan orang tak berkasta karena hanya orang biasa seperti buruh, petani, dll. Biasanya namanya tidak menyandang berbagai gelar seperti yang disebutkan di atas, langsung saja Ni Luh, Ketut, Made, Nyoman.

Disamping itu ada sapaan yang biasa diberikan oleh orang yang lebih kecil kepada yang lebih tua dan sebaliknya. Diantaranya:
  • Sapaan “Bli” untuk setiap pria yang ditemui. Terlepas itu benar atau salah, orang Bali tidak pernah mempermasalahkan. Mereka lebih cenderung untuk menghargai pengunjung yang berusaha “menghormati” dengan sebutan yang lebih akrab seperti “Bli”.
  • Sebutan “Mbok” diberikan untuk wanita Bali.
  • Sapaan “Adi / adik” atau menyebut nama langsung diberikan kepada wanita ataupun pria yang lebih muda.
  • Selain itu ada panggilan akrab yang sering didengar untuk memanggil orang bali yang masih kecil, anak remaja atau lebih muda (kira – kira belum menikah) diantaranya panggilan “Gus” untuk laki-laki. Gus ini bersumber pada kata “bagus” yang artinya tampan, ganteng, dan panggilan “Gek” merupakan singkatan dari “Jegeg” yang artinya cantik, ayu.
  • Tugeg : singkatan dari Ratu-Jegeg, panggilan kehormatan untuk perempuan bangsawan (kasta Brahmana) dari kasta yang lebih rendah.
  • Jero : panggilan untuk perempuan yang menikah dengan bangsawan.
  • Wang jero : pembantu perempuan
  • Meme : ibu
  • Aji : ayah
  • Tiang : saya
Dikutip oleh LyngLyng dari berbagai sumber.

12 komentar:

Anonim mengatakan...

Kalo anak kembar gimana? Apakah sama2 dinamai Wayan (misalnya), ato ada Wayan ada Made?

Sri Patmi mengatakan...

terima kasih ya kak atas infonya. Nice info kakak.
kunjungi juga ya blog ku
www.sripatmi.blogspot.com
thankyou

Ida Bagus Ambara Manuaba mengatakan...

Nama lengkap saya
Ida Bagus Ambara Manuaba
Ayah saya bali asli... ibu jawa. Arti nama saya apa ya. Terutama nama belakang manuaba

Satria Adhi mengatakan...

Ida Bagus sudah dijelaskan diatas.
Ambara artinya pakaian.
Manuaba itu asalnya dari nama tempat.

Unknown mengatakan...

Klo anak kturunan lahir tak bali. Tetapi ortu kedua dari bali dan beda kasta, itu biasa dinamai dgn nama apa,?

Unknown mengatakan...

Mengikuti kasta ayah.

Lynglyng mengatakan...

Sri Patmi: Lynglyng datang berkunjung.
Ida Bagus Ambara Manuaba: sudah dijawab oleh Satria Adhi, terima kasih.
Nofreza Firnanda : Sudah dijawab oleh tude arya, terima kasih.

Jangan lupa untuk berkunjung kembali ke blog kami. Salam.

Unknown mengatakan...

I gusti agung ayu warsiani artinya apa ?

Unknown mengatakan...

Yg satu wayan satunya lg made. Lihat contohnya kasus mirna-jessica, (wayan) mirna salihin punya saudara kembar namanya (made) sandy salihin.

Unknown mengatakan...

ikut papahnya.

Siti Fajriyah mengatakan...

Izin mengutip ya kak :)

Unknown mengatakan...

Kalau ayahnya bali tp ibunya batak SUMUT, nama anaknya gimana,,,

Posting Komentar

Komentar masih gratis kok, gak usah sungkan.. Hehe..

Popular Posts

 
Design by Satria Adhi