|
gambar: catatanmodda.com |
Berikut saya kutipkan kultwit Tips Menulis mengenai Plotting oleh @nulisbuku.
Plot adalah alur atau struktur dari sebuah rangkaian cerita yang tersusun secara berkesinambungan. Plot sangat penting untuk menjaga agar cerita kita tetap pada tempatnya.
Ada 3 macam plot, yaitu plot flash-back, plot flash-forward dan plot campuran:
1. Plot flash-back (alur balik) digunakan untuk menampilkan kisah pada masa yang lalu .
2. Plot flash-forward (alur maju) digunakan untuk menampilkan kisah saat ini hingga beberapa waktu yang akan datang.
3. Plot campuran menceritakan masa lalu tokoh dan kisahnya saat ini.
Secara lebih rinci, plot dibagi menjadi 5 bagian: Pengenalan, Konflik, Klimaks, Post-Konflik dan Penyelesaian Konflik (Ending):
1. Pada pengenalan, tokoh-tokoh dalam novel diperkenalkan, terutama peran tokoh utama harus ditonjolkan. Bagian pengenalan ini penting sebagai pengantar pembaca agar memahami konflik yang akan terjadi. Misalnya menjelaskan tentang siapa Rama, bagaimana kehidupannya serta apa goal yang ingin dicapainya.
2. Konflik. Pada bagian ini dikisahkan kendala-kendala yang menghalangi tokoh dalam mencapai tujuannya. Biasanya, pada bagian ini mulai dihadirkan tokoh antagonis. Ada 3 macam konflik yaitu konflik antar-tokoh, konflik internal dan konflik impersonal.
- Konflik internal merupakan konflik yang timbul dalam diri tokoh itu sendiri
- konflik impersonal merupakan konflik yang timbul karena suatu keadaan, misalnya wabah penyakit, bencana alam, dll.
3. Klimaks. Inilah bagian terpenting dari sebuah cerita yang menentukan seberapa berhasilnya karya kita! karena pada klimaks inilah puncak permasalahan dijabarkan. Pada klimaks, kita membangun partisipasi pembaca, untuk mampu berimajinasi bahkan berkeinginan untuk menjadi sang tokoh utama. Oleh karena itu pada penjabaran klimaks, pengembangan karakter, setting serta suasana sangat dibutuhkan.
4. Post-Konflik (Antiklimaks). Merupakan suatu tahapan dimana puncak masalah (klimaks) mulai menemukan jalan keluar.
5. Penyelesaian Masalah (Ending). Bagian yang manjabarkan akhir dari konflik dan klimaks yang terjadi. Dikenal 2 jenis ending: eksplisit (happy/ sad ending) dan menggantung.
- Pada akhir eksplisit, menunjukkan suatu kesimpulan dan penyelesaian konflik yang jelas, berupa akhir yang bahagia maupun sedih.
- Sedangkan pada akhir yang menggantung pembaca diminta untuk menebak-nebak penyelesaian konflik yang sesungguhnya terjadi.
FAQ mengenai plotting:
- Bagaimana cara membuat plot? Mudah. Kita bisa menggunakan mindmap (peta pikiran) .
- Contoh plot yang baik bagaimana? Plot yang baik adalah plot yang tidak membingungkan pembaca.
- Berapa kira-kira jumlah tokoh untuk novel <200 hlm? Untuk jumlah tokoh tidak ada ketentuan khusus, umumnya ada sekitar +/- 8 tokoh dengan peran yang berbeda-beda.
- Contoh mindmap yang bisa kita pelajari untuk membuat sebuah tulisan yang panjang seperti apa? Untuk mindmap cukup ditulis kata kunci/ ide saja, jadi cukup ringkas kan?
@rezanufa, memberikan cara dan contoh membuat Outline (mind map) sebagai berikut:
Tulislah judul, tokoh, karakter, konflik, dan ending dengan membentuk “jalan-jalan cerita” yang kita inginkan. Misal idenya tentang “cinta sebelah tangan”:
- Judul: Mendung Tak Berarti Hujan.
- Tokoh utama: van binu.
- Tokoh pendamping: nessa, dani, riri, bje, bjong
- Awal: van binu ketemu nessa dikenalin oleh bje dan bjong. Tumbuh cinta.
- Tengah: van binu PDKT modal gerobaknya ….
- Akhir: van binu menyatakan cinta kepada nessa di atas gerobaknya dan ternyata ditolak sebab nessa gak suka hidungnya yang pesek.
Tips Mengatasi Kebuntuan Menyambung Paragraf
- Buatlah coret-coret jalan cerita\outline dari A-Z; Apa yang dialami tokoh, berkonflik bagaimana dan dengan siapa, hingga endingnya.
- Udah itu dilakuin? Kalo udah sekarang mulai menulis.
Misal: idemu tadi tentang “mantan”, mau buka cerita dari ingatan pertama kenal, jadian di hutan, putus di halaman tetangga.
Namanya LUHAN, cakep, sixpack, suka nraktirin, anak mami banget! Apa-apa kata mami dan itu yang membuat putus.
- Ayoooo mulai! Yaahh macet! Judul doang yang bisa: "Luhanku, Mamiku…."
- Penyebab kita gagal memulai pasti karena kita terlalu banyak menimbang bagus\buruk kalimat pembukam kita! Catet ini! Jadi, sekarang buat apapun kalimat pembuka kita! Peduli bagus\buruk, pokoknya kudu buat kalimat pembuka!
Misal: senja kali ini terasa gersang di hatiku meski hujan baru saja mengguyur.
Misal: sedang apa kau, Luhanku? Masih ingatkah padaku? Sore ini aku kembali mengingatmu, seperti biasa
Misal: tawa kecilmu yg khas, juga lesung pipitmu, masih saja terekam kuat dlm ingatanku, sampai sore ini
Misal: hal yg paling buatku selalu sulit melupakan bayanganmu ialah kau terllu baik bagiku, Han
Misal: Han, orng bilang mantan itu menyebalkan, tapi tidak berlaku buatmu. Tidak pernah!
Misal dlm kalima dialog: “Kenapa murung lagi?” Tegur mama. “Luhan lagi?” Aku tersenyum, mencium keningnya yg kian keriput
Misal: Honey, mama harus berkata apa lagi padamu agar kamu benar2 bisa menjadi dirimu lg yg anak mama, yg penuh ceria?
Misal: Come on, Neng, mau galau sekelam mendung hitam sore ini, plisss Luhan nggak akan pernah menjemputmu lg malam ini
- Seabrek kita bisa membuat beragam kalimat pembuka tentang ide mantan itu. Jika kalimat pembuka sudah dibuat, masalah pertama kita sudah beres.
- Sekarang anggaplah kita sudah bisa membuat satu paragraf. Yaa ampun, kok macet lagi mau nyambungin paragraf kedua ya? Hadeeh
- Tenang! Nih Rahasia jitu nyambungin antar paragraf. Pake dialog! Ya, dialog! Sebaliknya, jika dialog udah, pake narasi!
- Tips mengatasi kebuntuan menyambung paragraf yang sudah kelar ialah menggunakan model dialog jika sebelumnya narasi dan sebaliknya. Tentu dialog yang dibuat harus “sealur” dengan narasi paragraf sebelumnya.
Misal kita menggunakan paragraf pembuka dengan kalimat: "sedang apa kau, Luhanku? Masih ingatkah padaku? Sore ini aku kembali mengingatmu, seperti biasa."
Bikin aja dialog penyambungnya seperti berikut:
“Han…” Ia menoleh. Wajahnya memang indah
“Ngagetin aja manggil mesra gitu,” sahutnya, trsenyum. “Aku pengen nanya lg ttng mamamu,” ujarku pelan. Aku tau ini rumit.
“Plis dong knp sih kamu selalu bahas mamaku…” Nadanya melompat. Ya, inilah yg kumaksud rumit, Luhan selalu sensitif jika kusebut mamanya. Nadanya sontak meninggi. “Plis, Han, ini penting buat kita, plis tenang…” Aku gk mau kepancing
“Penting buatmu, bukan buat kita!” Ia berdiri. “Aku gagal paham ma pikiranmu, pdhal jelas2 aku gk bs hidup tnp mamaku.”
“Han, siapa yg pngen misahin kamu ma mamamu? Nggak, Han! Aku hnya pngen km bersikap rasional, termsuk ma mamamu…”
- Sampe di sini sudah banyak tuh paragrafnya, cerita udah berjalankan, sekarang masukkan narasi lagi deh. Misal:
Luhan mendengus, seperti biasa. Ah, susahnya menyampaikan hal yang sederhana sekalipun pada orang yang sedang didera emosi.
Entah sudah berapa ratus kali aku jadi turut membisu jika keadaannya sudah blank gini. Percuma aku ngajak dia bicara lagi sebab pasti berujung pada perdebatan. Ya Tuhan, plis bantuin aku, kasih aku cara tuk buktiin ke Luhan bahwa niatku baik.
- Lalu kalian masuk lagi ke dialog ya. Bisa dialog panjang atau pendek-pendek, sesuai kebutuhan suspensi cerita.
- Disiplinkan diri untuk mengikuti outline cerita yang sudah dibuat dalam coret-coret sebelum menulis tadi. Jangan keluar dari outline dulu biar gak mis.
- Kalopun di tengah jalan ada pengembngan gagasan baru, catat di kertas lain dulu. Pokoknya saat nulis patuh dulu deh sama outline awal.
- Anggap sekarang sudah selesai ceritamu. Sekarang copy paste di file baru, lalu coba masukkan gagasan baru tadi, jangan di file asli.
- Kalo udah, matiin laptop. Beberapa hari kmudian, buka lagi, baca dan baca 2 file tadi, yang lebih buruk singkirkan.
Sumber:
twitter @nulisbuku dan @rezanufa